Ridwan Kamil Singgung Indonesia Belum Punya Pajak Karbon

Read Time:2 Minute, 45 Second

LIPUTAN6.

Pria yang disebut Kang Emil juga membandingkan kemajuan negara -negara Eropa, yaitu Denmark dan Norwegia, di mana pajak CO2 berlaku dan merupakan salah satu hal yang dihormati oleh perusahaan di negara tersebut.

“Kelemahan Indonesia bukan pajak CO2. Perusahaan besar selama dosa (penggunaan karbon) karena itu tidak diundang,” kata Ridwan Kamil di iklim talktan6 yang disiarkan pada hari Rabu (26/2/2025).

“Di Denmark dan Norwegia, perusahaan ada (bertafsir) pajak CO2. Bank membayar pajak CO2 karena memberikannya kepada perusahaan yang merusak lingkungan, jadi poin saya adalah negara yang semakin maju yang memiliki pajak CO2 yang tinggi karena dosa (penggunaan karbon).

Pada kesempatan ini, RK juga berbagi solusi untuk mencegah tanah tenggelam sebagai akibat dari perubahan iklim, yaitu dengan membangun bendungan air. 

Namun, ini juga tidak dapat dipisahkan dari biaya tinggi yang diperlukan untuk menawarkan fasilitas ini. “Berapa banyak bendungan Jakarta di Surabaya? Sekitar 800 miliar. Ini adalah harga yang cukup mahal bagi kota -kota dan distrik dari Sumatra ke Jawa belum tenggelam. Oleh karena itu sangat mahal,” katanya.

Itulah sebabnya RK juga mendorong orang untuk mengurangi risiko perubahan iklim dengan langkah -langkah kecil. Salah satunya, seorang siswa dan mencari informasi mengenai cara untuk menghitung penggunaan karbon dalam kehidupan sehari -hari.

“Contoh kecil adalah cara saya menginginkan perdagangan karbon ini hanya pertukaran bisnis (misalnya) sederhana, misalnya ketika suatu peristiwa dengan sejumlah peserta terdaftar 100 (orang) untuk menghitung (penggunaan masing -masing karbon),” tambah RK.

 

 

Sebelumnya, pada bulan Agustus 2024, Menteri Keuangan (Menteri Keuangan) Sri Mlyani Indrawati memastikan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bekerja pada aturan pajak CO2.

“(Implementasi pajak CO2, sementara kami terus menyiapkan blok bangunan dalam hal peraturan dan peraturan,” kata Sri Mulyani, dikutip di Antara, Rabu 26/02/2025).

Persiapan pajak CO2 mencakup berbagai aspek, termasuk peraturan, peraturan dan persiapan ekonomi dan industri, sehingga dapat bekerja secara efektif jika kebijakan tersebut dilaksanakan.

“Persiapan mengenai persiapan dalam hal ekonomi dan industrinya,” katanya.

Dia juga menunjukkan bahwa mekanisme pasar karbon saat ini adalah langkah pertama yang penting dalam mengendalikan emisi. Sistem ini adalah alat untuk menilai dan membatasi emisi CO2 yang akan mendukung keterlibatan dalam mengurangi emisi di masa depan.

“Tapi sekarang ada pasar karbon yang membuat langit -langit dan perusahaan. Saya pikir itu juga merupakan mekanisme yang dapat dipercepat untuk dapat menciptakan kewajiban untuk jumlah emisi yang perlu diperiksa,” kata Sri Mulyani.

Namun demikian, Menteri Keuangan tidak memberikan rincian khusus tentang momen di mana pajak CO2 secara resmi diterapkan.

 

Sebelumnya, Wakil III mengatakan untuk pengembangan komersial dan penelitian dan inovasi Kementerian Ekonomi Elen Setiadi, kemudian akan ada dua fase aplikasi pajak karbon sesuai dengan desain kartu jalan (peta jalan).

Namun, kami belum tahu kapan kebijakan ini akan diterapkan. Untuk fase pertama, pajak CO2 hanya ditawarkan untuk subsektor produksi listrik.

“Pemerintah memimpin diskusi tentang kartu pajak CO2 di mana pada tahap pertama kartu pajak CO2 cukup ditawarkan untuk mengatur penerapan pajak CO2 untuk subsektor pembangkit listrik untuk mendukung dan beradaptasi dengan perdagangan karbon yang ada,” kata Elen selama pengiriman komentar di webinar. Enonestia 2024 di Jakarta, Selasa (23-7-2024).

Selanjutnya, untuk fase kedua, Elen menjelaskan bahwa akan ada tambahan pajak atas pajak CO2 untuk sektor transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil.

“Pengenalan kedua subsektor ini harus mencakup sekitar 71% dari jumlah emisi di sektor energi, yang mewakili 48% dari generator (listrik) dan 23% dari transportasi, atau sekitar 39% dari total emisi Indonesia,” katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Apple Gandeng Alibaba untuk Apple Intelligence di iPhone, Akankah Mampu Saingi Huawei dan Xiaomi?
Next post Pameran Otomotif IIMS 2025 Digelar Mulai Hari Ini, Cek Harga Tiketnya