Bulog Jamin Stok dan Harga Beras Aman di Ramadan 2025

Read Time:2 Minute, 22 Second

LIPUTAN6.

Puncak panen yang dijadwalkan akan terjadi pada Maret 2025 dengan musim Ramadhan dan Idul Fitri. Hari ini, Bulog melaporkan bahwa ia telah mengendalikan sekitar 1,7 juta ton beras di gudangnya.

“Kami optimis jika stok diperlukan (Ramadhan dan Lebaran dan Lebaran 2025), itu sudah cukup,” Wahyuk Bulog Corporate University, Jakarta, Rabu (22/22/02/2012).

“Ini bukan puasa dua bulan, stok kami sudah cukup. Tentu,” tegasnya.

Juga, harga beras, Wahyuk memperkirakan bahwa itu tidak akan ditingkatkan. Faktanya, terlepas dari permintaan beras selama beras Ramadhan dan Idul Fitri, pasokan akan diisi sebagai akibat dari keberadaan panen.

Jika operator diserap oleh operator RPG 12.000 (per kg per 1). Maka jika ada permintaan untuk SPHP (stabilisasi Passoka dan biaya makanan), kami akan menunggu regulator, “katanya. Butuh uang tambahan

Selain 2025 di Ramadhan dan Lebara, Bulog juga setuju dengan Presiden Presiden dengan tujuan mendapatkan 3 juta ton beras dengan gula. Sebagai angka, angka ini meningkatkan tujuan sebelumnya, 2 juta ton beras per tahun.

Oleh karena itu, bulog membutuhkan uang sekitar Rp 57 miliar untuk bekerja beras dari penyerapan petani, meningkatkan jumlah petani.

Direktur Keuangan Keuangan Hutagol Iran, menjelaskan 2 juta ton penyerapan sebelumnya, telah menghabiskan 1,7 juta ton di gudang perusahaan hari ini.

Menurut skenario sebelumnya, direncanakan untuk mengelola sekitar 3,7 juta ton beras tahun ini. Tetapi dengan lebih banyak target 3 juta ton, bulog harus menyerap satu juta ton dengan beras.

“Kami akan menangani 3,7 juta ton tahun ini. Tetapi mereka perlu menyerap 3 juta ton dengan berita, itu berarti bahwa kami akan menangani 4,7 juta ton,” kata Iriento kali ini.

 

Dalam proses penyerapan ini, produksi pengering benih (GKP) akan diambil nanti dari pabrik. Bulog berikutnya akan menyerap beras seharga 12.000 per kg RP.

Berdasarkan perhitungan, Irano berlanjut, bulog membutuhkan uang sekitar Rp 57 miliar untuk memenuhi tujuan pembelian 3 juta ton. Bulog setara dengan 4,7 juta ton tahun ini.

“Jika kita menghitung harga Rp 12.000 kg, maksud kita 12.000 ton 12.000 ton. Sekitar Rp 57 miliar kita perlu memberi pemerintah dalam proses bisnis beras ini,” katanya.

Untuk mencapai pembiayaan, Bulog sedang berbicara dengan pemerintah sekarang. Memberikan dukungan terstruktur pada masalah pendanaan.

“Kami disertai oleh bank saat ini. Jika struktur kami membantu pemerintah, pemerintah sebagian akan memberi kami secara langsung,” kata Iran.

 

Sedangkan untuk bisnis beras, Ianto menjelaskan, Bulog menawarkan saku internal untuk menyelesaikan distribusi penyerapan dan beras. Setelah menjual di pasar, bulog hanya mengikat tiket.

“Sementara kita dapat mengembalikan pendapatan kita, ketika kita membaginya. Pemerintah telah membeli beras kita dan mendapatkan kembali pendapatan,” katanya.

Menurutnya, bulog harus membawa beban yang relatif sulit untuk mendapatkan nasi, tidak ada pemberi pinjaman bank pertama. Namun, ia menyebut konsekuensi bulog, ketersediaan negara (PSO).

“Tapi kita dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik, mungkin secara teknis keuangan kita untuk mencoba menjadi positif laporan keuangan kita, sesuai dengan prinsip -prinsip akuntansi keuangan Indonesia,” tegasnya.

 

About Post Author

admin

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Tecno Spark 30 Pro Resmi Meluncur di Indonesia, Cek Harga dan Spesifikasinya!
Next post Perdana, PT Ceria Berhasil Produksi Ferronickel